RISIKO OPERASIONAL
OLEH:
SELLA ALVIANA
RITA SALAM
STIM YAPIM MAROS
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kondisi terjadinya risiko
operasional (operasional risk) sangat dipengaruhi oleh bagus dan rendahnya
kematangan manajemen yang dimiliki oleh manajer suatu perusahaan. Seorang
manajer dalam mengambil setiap keputusan harus selalu memikirkan dampak yang
akan timbul baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Seperti jika
ingjin menaikkan jumlah produksi atau menambah karyawan baru. Jika jumlah
produksi ditingkatkan apakah persediaan bahan baku di gudang dan di pasaran
tersedia dalam jumlah yang mencukupi, serta apakah bahan baku yang dimiliki
memeiliki kualitas yang sama untuk masa produksi secara jangka panjang.
Misalnya untuk menambah produksi
saos cabe (chili souce) bagi seoreang manajer produksi harus memperhatikan
dengan betul-betul jika pasaran cabe dipasaran selalu berada dalam kondisi
normal price (harga normal) dan jika harga cabe menuju kepada kondisi harga
tidak normal maka apa antisipasi yang harus dilakukan oleh seorang manajer
produksi agar operasional produksi tidak terhenti dan order pembelian dapat
terus dilakukan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari Risiko Operasional ?
2. Bagaimana
bentuk-bentuk dari Risiko Operasional ?
3. Bagaimana
pengukuran dari Risiko Operasional ?
4. Berapa
biaya untuk Risiko Operasional ?
5. Bagaimana
Risiko Operasional dan Modal Kerja ?
1.3 Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Risiko Operasional.
2. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk dari Risiko Operasional.
3. Untuk
mengetahui pengukuran dari Risiko Operasional
4. Untuk
mengetahui biaya untuk Risiko Operasional.
5. Untuk
mengetahui Risiko Operasional dan Modal Kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko
yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini
terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen (management control
system) yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Contoh risiko
operasional adalah risiko pada computer (computer risk) karena telah terserang
virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan dalam
pencatatan pembukuan secara manual (manual risk), kesalahan pembelian barang
dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat ditukar kembali, dan
sebagainya.
2.2
Bentuk-Bentuk Risiko Operasional
Ada beberapa factor yang mampu
memberi pengaruh pada terbentuknya operational risk, yaitu :
a. Risiko
pada Komputer (Computer Risk)
Risiko pada bidang computer ini
biasa terjadi karena berbagai faktor seperti faktor masuknya virus disebabkan
oleh proteksi software yang tidak memadai. Dalam suatu perusahaan kebutuhan
seorang IT (informan technology) yang memiliki kualitas dan kompetensi yang
memadai bahkan jika diperlukan memiliki reputasi sangat diperlukan. Pada era
sekarang ini setiap kemajuan teknologi perangkat lunak selalu diikuti dengan
berbagai permasalahan yang timbul. Hacker adalah salah satu yang begitu
tertarik untuk menggeluti bidang perangkat lunak sertamencoba menerobos setiap
proteksi yang dibuat oleh suatu lembaga. Yang tidak terkecuali adalah lembaga
perbankan seperti pada kasus pembobolan ATM dengan mempergunakan kartu ATM
palsu, pembuatan website palsu suatu perbankan sehingga nasabah terkecoh dan
banyak yang mentransfer uang ke website palsu tersebut.
Setiap perusahaan yang memiliki
hubungan langsung (connect) dengan internet maka artinya berbagai informasi
perusahaan tersebutdapat langsung diserap oleh berbagai pihak di luar
perusahaan, yaitu terutama mereka yang memakai jaringan internet. Salah satu
kasus yang pernah menghebohkan banyak pihak adalah “Y2K” yang akan terjadi pada
saat perpindahan tahun 1999 ke 2000. Permasalahannya selama ini computer telah
terbiasa dengan pencatatan 1900 hingga 1999 dan selanjutnya harus berubah awal
dengan cara 2000 dan angka akhir adalah 00 bukan lagi digit 99. Penafsiran ini
membuat banyak pihak yang kebingungan, sehingga respon ini memiliki muatan yang
jauh termasuk perkiraan akan timbulnya perubahan pada accounting program dan sebagainya.
Oleh karena itu, ada beberapa
risiko yang diperkirakan akan timbul dalam bidang komputer yaitu :
1) Terjadinya
perubahan data-data komputer karena faktor terserang oleh virus. Kondisi ini
sering terjadi karena jaringan computer harus selalu memiliki anti virus yang
terbaru. Maka sebaliknya perusahaan harus selalu memiliki tempat khusus yang
aman untuk menyimpan dokumen penting. Untuk mengamankan beberapa dokumen
penting, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu :
·
Melakukan pemisahan
data-data yang dianggap penting dan kurang penting, seperti dengan memuat
perangjat penting dan tidak pentingnya suata data. Kalau perlu menyimpan di dua
tempat baik di kantor A dan kantor B dengan tujuan menghindari hal-hal ynag
tidak terduga contoh, kebakaran, pencurian, dan lain sebagainya.
·
Membangun proteksi
terhadap data dan berbagai informasi lainnya, seperti dengan membuat password
khusus dan hanya orang-orang tertentu yang bias mengetahui.
2) Komputer
adalah teknologi yang selalu mengalami perubahan terutama pada setiap program
yang ditawarkan, sehingga mengharuskan kualitas IT dari para personelnya juga
dapat di update setiap waktunya dengan tujuan berbagai permasalahan yang akan
timbul di kemudian hari dapat dihindari.
3) Computer
adalah masuk dalam kategori IT yang
memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat computer
dan biaya tenaga ahlinya selalu saja membutuhkan biaya yang tinggi. Seperti
biaya training, course, service computer, dan pembelian program berbagai
computer. Dan bagi setiap perusahaan program yang harus dibeli adalah selalu
harus yang bersifat original.
Menurut Husein Umar ada beberapa
sebab-sebab utama kerusakan sistem komputer, serta pengidentifikasian akibat
kerusakan komputer yang umum, yaitu :
Tabel : Sebab-sebab
Utama Kerusakan Sistem Komputer
Uraian
|
Presentase
|
Kesalahan tegang listrik
|
9%
|
Kesalahan pemakai
|
11%
|
Akibat air dan api
|
20%
|
Kecurangan, pencurian
|
30%
|
Kerusakan hardware/software
|
30%
|
Sumber : Husein Umar
(2001:148)
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa kerusakan hardware/software serta kecurangan, pencurian adalah yang
tertinggi yaitu sama-sama 30% (tiga puluh persen).
Tabel
Pengidentifikasian Akibat Kerusakan Komputer yang Umum
Akibat
|
%
|
Kerugian bisbis dan konsumen
|
24
|
Kerugian kredibilitas
atau goodwill
|
21
|
Masalah cash-flow
|
21
|
Berkurangnya kualitas
pelayanan terhadap konsumen
|
18
|
Ketidakmampuan
menggaji karyawan
|
12
|
Tumpukkan pekerjaan
dan Kerugian produksi
|
11
|
Kerugian data
|
10
|
Kerugian financial
|
9
|
Kerugian manajemen
rekening konsumen
|
8
|
Kerugian pengawasan
keuangan
|
7
|
Sumber
: Husein Umar (2001:148)
b. Kerusakan
Maintenance Pabrik
Bagi setiap perusahaan khususnya
perusahaan yang memiliki mesin sangat mengandalkan pada kualitas peralatannya
dalam menunjang produksi, maka biaya pada pemeliharaan, perawatan dan
pergantianperalatan pabrik bersifat rutin. Peralatan atau maintenance pabrik
jika dilihat dari segi harga dipasaran memiliki nilai yang berbeda-beda, ada
yang rendah,sedang dan tinggi.Serta lebih jauh ada yang dapat diperoleh didalam
negri ada yang harus diimpor.jika harus diimpor maka artinya perusahaan harus
menyediakan mata uang asing untuk dapat memesan dan membeli peralatan
tersebut.begitu pula dengan teknisi yang diperlukan untuk mengoperasionalkan
mesin pabrik juga harus terlebih dahulu dilatih,disekolahkan agar mengerti
dengan benar setiap permasalahan yang timbul dikemudian hari.
Oleh
karena itu,beberapa resiko yang harus ditanggung oleh suatu industri pada saat
timbulnya kerusakan maintenance pabrik adalah
1. Terhentinya
aktivitas produksi selama beberapa saat. Diusahakan penghentian aktivitas
produksi tidak memakan waktu yang lama misalnya sampai berhari-hari sehingga
lebih jauh bias megganggu setiap order yang sudah diterima;
2. Biaya
service (service cost) dengan mendatangkan tenaga ahli, jika perusahaan tidak
memilikinya;
3. Biaya
pergantian dalam bentuk pembelian baru beberapa peralatan pabrik. Dan persoalan
yang lebih jauh jika barang yang dipesan tersebut tidak tersedia dipasaran dengan
cepat, sehingga mengharuskan perusahaan untuk memesan terlebih dahulu dan ini
akan memakan waktu yang lama.
c. Kecelakaan
kerja
Kecelakaan
kerja terjadi pada saat suatu perusahaan tidak menerapkan dan memberlakukan
suatu konsep keselamatan dan jaminan bekerja sesuai barang dengan aturan dan
ketentuan yang berlaku. Kadang kala beberapa perusahaan tidak mengindahkan
serta menerapkan konsep keselamatan dan jaminan kerja sesuai dengan ketentuan,
dengan tujuan menghindari pengeluaran biaya (cost). Penghindaran biaya tersebut
mencakup beberapa hal seperti :
1. Biaya
asuransi kepada setiap karyawan yang harus dibayar setiap bulannya.
2. Biaya
tanggungan pada saat karyawan mengalami kecelakaan dan pihak asuransi belum
menyerahkan atau belum keluarnya ajuan klaim asuransi yang diajukan. Sehingga
menunggu proses keluarnya klaim asuransi menyebabkan pihak perusahaan harus
menanggung sementara waktu.
3. Jika
aturan tentang jaminan dan konsep keselamatan kerja dicantumkan pada setiap
kontrak kerja dengan para karyawan maka jika perusahaan tidak mematuhi
kesepakatan tersebut maka memungkinkan untuk dituntut atau diajukan ke
pengadilan di kemudian hari karna faktor pelanggaran kontrak dan harus membayar
ganti rugi dengan jumblah yang sesuai dengan permintaan pihak penggugat.
Atas dasar analisis diatas maka
kita daoat menyimpulkan bebrapa resiko dalam bidang kecelakaan yang akan
dialami oleh suatu perusahaan yaitu berikut.
1. Perusahaan
harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang telah diterapkan selama ini karna
dianggap tidak efektif,sehingga untuk menyempurnakan konsep sistem manajemen
kerja yang baik sebuah perusahaan kangkala harus mengundang konsultan dalam
bidang yang bersangkutan sehungga pengalokasian anggaran untuk membayar konsultan
tersebut harus dipertimbangkan termasuk masa uji coba sistem tersebut.
2. Bila
kecelakaan kerja sering terjadi dan sering mendapat sorotan dari pihak
jurnalistik (pers) maka ini bias berakibat pada turunnya reputasi perusahaan
dimata konsumen dan mitra bisnis.
3. Jika
perusahaan tidak menerapkan konsep keselamatan kerja dengan baik maka pada saat
mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala.Permasalahan timbul
adalah jika suatu saat kecelakaan kerja dan berbagai permasalahan lain timbul
seperti gugatan dari pihak karyawan sehingga diperkirakan ini bisa memberikan
efek baik bagi perbankan karna melakukan keputusan menyalurkan pinjaman
(kredit)ke perusahaan yang dianggap tidak layak.
4. Angka
kecelakaan keja setiap tahun selalu diumumkan baik oleh pemerintah maupun oleh
media cetak.Informasi tersebur menyebar ke seluruh dunia sehingga citra
perusahaan khususnya oemerintah yang bersangkutan dimata intrnasional akan
mengalami penurunan reputasi,bahkan lebih jauh ini bisa diangkat sebagai salah
satu kampanye politik dari pihak oposisi untuk menyudutkan pemerintah yang
bersangkutan.
d. Kesalahan
dalam Pembukaan Secara Manual (Manual Risk)
Resiko
dalam bidang pembukaan secara manual sebenarnya terjadi karna bebrapa sebab
seperti :
1. Pembukaan
secara manual ditulis atau dicatat umumnya di kertas,sehingga pada saat suatu
kantor mengalami kebanjiran,kebakaran,kesalahan dalam tidak bisa atau sulit
untuk mencari penggantinya.
2. Jika
kesalahan dalam pencatat secara pembukuan terjadi maka penyelesaian dan
pencarian sumber masalahnya juga harus dilakukan secara manual. Seperti
kesalahan dalam pembuatan pada income statement maka pelacakannya proses dimana
sumbernnya harus dicari pada buku atau
catatan dan juga penulusurannya harus dilakukan hingga ke buku jurnal serta
pada setiap kuitansi dan berbagai bukti tertulis lainya.sehingga jika kejadian
ini sering terjadi maka waktu yang dibutuhkan terlalu lama.memang salah satu
keuntungannya bukti fisik langsung ditemukan. Namun jika ini dilakukan dengan komputer,
maka dengan hanya melihat nomor seri dari setiap bon,faktur dan sebagainya
dengan cepat akan selesai.jika dilakukan secara computer maka pihak perusahaan
bisa membuat sebuah website atau email pribadi kantor yang bersifat rahasia dan
menyimpan data-data rahasia dengan password rahasia juga,sehingga jika seorang
pimpinan sedang brada diluar kota atau luar negri maka dengan data yang tersimpan via internet tersebut
memugkinkan pekerjaan dapat terus berlangsung dan berbagai data dapat dengan
mudah diperoleh.
3. Proses
penyusunan pembukuan akan berlangsung dengan waktu yang lama sehingga pekerjaan
menjadi tidak efisien dan efektif.efisien dilihat dari segi biaya dan efektif
dilihat dari segi waktu.
4. Setiap
pengiriman informasi harus dilakukan melalui kantor pos atau jasa pengiriman
surat.sementara dengan penggunaan teknologi sudah dapat dilakukan dengan cara
email atau via internet.
e. Kesalahan
Pembelian Barang dan Tidak Ada Kesepakatan Bahwa Barang yang Dibeli Dapat
Ditukar Kembali
Resiko
seperti ini timbul pada saat kesepakatan dalam setiap pembelian barang tidak
diikuti dengan perjanjian bahwa barang tersebut bisa di tukar kembali dan
berbagai kesepakatan lainnya. Sehingga pada saat kesepakatan tersebut tidak
dibuat maka perusahaan harus mengalami atau menanggung beberapa resiko
kerugian,yaitu sebagai berikut :
1. Adanya
barang yang sudah dibeli dengan harapan dapat terjual namun tidak laku terjual
dan tidak ada perjanjian barang tersebut bisa ditukar sehingga perusahaan
mengalami kerugian.
2. Pada
saat barang sudah dijual namun ternyata ada sisa dan itu tidak bisa ditukar
dengan yang baru,maka ini memaksakan perusahaan untuk menjualnya dengan harga
yang murah dengan asumsi daripada barang tersebut tidak dijual dipasaran atau
mengalami kadaluarsa.
3. Perusahaan
tidak bisa melakukan penghematan biaya.karena kontrak dagang dengan para mitra
bisnis bersifat tunai dan tidak ada konsep service purna jual.
f.
Pegawai Outsourcing
Penerimaan
dan penempatan pegawai secara konsep outsourcing memberi pengaruh besar bagi
perusahaan baik secara jangka pendek dan jangka panjang. Pegawai outsourcing
biasanya pegawai yang disediakan oleh suatu lembaga penyedia pegawai dan
kemudiaan suatu perusahaan menghubungi perusahaan tersebut untuk dipekerjakan
sebagai kontrak pada perusahaan, atau suatu perusahaan sebagai pegawai dengan
perjanjian secara outsourcing. Pada saat ini banyak perusahaan yang menerapkan
sistem outsourcing dengan berbagai alasan yaitu sebagai berikut :
1.
Biaya yang dikeluarkan
lebih murah karena perusahaan tinggal menghubungi lembaga penyalur kerja. Jika
selama ini perusahaan melakukannya sendiri seperti membuat tim penerimaan dan
seleksi (recruitmen and selection)
karyawan dan juga membuat pelatihan (training)
maka dengan adanya jasa penyalur tenaga kerja memungkinkan cost yang dikeluarkan
untuk itu menjadi lebih sedikit.
2.
Pegawai yang berasal
dari outsourcing dianggp lebih memiliki kesiapan karena sudah dipersiapkan.
3.
Perusahaan hanya
memiliki dan bertanggung jawab kepada lembaga penyalur tenaga kerja dan itu
dilakukan sesuai dengan kontrak kerja sama yang disepakati.
4.
Tidak ada biaya fixed costyang harus ditanggung dan
dipersiapkan, seperti pada saat pegawai tersebut akan pensiun maka harrus
menyiapkan uang pesangon atau dana pensiun.
5.
Perusahaan bisa dengan
mudah menggnti karyawan tersebut setelah habis masa kontrak karena perjanjian
dilakukan sesuai dengan isi kontrak kerja.
Pada saat suatu perusahaan menerima
pegawai yang bersifat outsourcing maka ada beberapa risiko yang harus
ditanggung oleh perusahaan, yaitu :
1.
Pegawai tersebut bukan
pegawai tetap, dalam artian pegawai pegawai tersebut tidak bekerja mhingga
pensiun. Sehingga ia akan bekerja sebatas masa kontrak kerja saja. Dengan
begitu rasa tanggung jawab psikologis untuk menjaga perusahaan tidak begitu ia
fikirkan karena pegawai tersebut lebih bertanggung jawab kepada perusahaan
penyalur.
2.
Rahasia perusahaan
selama ia bekerja memungkinkan sekali untuk diketahui oleh publik luar ketika
ia tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut. Sementara rahasia perusahaan
menyangkut dengan wibawa dan nama baik perusahaan.
g.
Globalisasi dalam
Konsep dan Produk
Era globalisasi telah memberi perubahaan besar bagi konsep
konsep bisnis pada seluruh sektor bisnis, baik finansial dan non finansial,
sehingga penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan
globalisasi tersebut, jika tidak maka artinya produk tersebut tidak akan laku
di perusahaan secara baik. Mayarakat pada era sekarang ini adalah sebuah bentuk
dari struktur masyarakat global yang menggunakan produk global dan menerapkan
cara berfikir global.
Karena faktor itu perusahaan dituntut untuk menerapkan
manajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak langsung mekanisme
operasional perusahaan juga harus bersifat global. Untuk mewujudkan ini perlu
perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan bagi para karyawan agar mengetahui
konsep dan cara berfikir secara global yang nantinya akan tertuang dalam bentuk
hasil produk.
Untuk
menerapkan konsep global tersebut perusahaan harus dengan cepat melakukan
adaptasi dalam menyesuaikan setiap perubahaan sekarang ini dengan kondisi
realita di perusahaan. Seperti penggunaan teknologi modern yang memiliki
spesifikasi tinggi sehingga cepat terkoneksi dengan berbagi permasalahan, baik
pengaduan masalah yang datang dari internal perusahaan maupun yang berasal yang dari pihak eksternal. Sehingga tidak
terjadi penumpukan dalam penanganan masalah, namun masalah akan lebih cepat
terselesaikan.
Oleh
karena itu, solusi penerapan yang harus diterpkan adalah, “Berfikir,
merencanakan, dan merealisasikan semua aktivitas usaha dengan menerapkan
standar-standar internasional terutama aktivitas yang terkait dengan aspek
permodalan, regulasi, transparansi atau komunikasi, teknologi serta kompetensi
manajemen dan karryawan. Sehingga dengan penerapan seperti itu diharapkan
antisipasi perusahaan terhadap risiko operasional dari segi global akan dapat
dihindari atau minimal diperkecil.
2.3 Pengukuran
Risiko Operasional
Menurut
Mamduh salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan
mengggunakan dua klasifikasi berikut ini.
1.
Frekuensi atau
probabilitas terjadinya risiko.
2.
Tingkat keseriusan
kerugian atau impactdari risiko
tersebut.
Penggukuran risiko operasional dapat
kita lakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang
terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk
memperoleh returnyang diharapkan ( actual return ), dengan asumsi risiko
dan return(pengembalian) bersifat
linear. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :
Risiko Opersional.
Keterangan :
E(R) =
Expected return atau keuntungan yang diharapkan
δ = Standar deviasi atau simpangan baku.
Simpangan baku di sini sering
diartikan dengan tingkat risiko yang semakin besar simpangan bakunya
maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi.
Pada gambar di atas dapat kita pahami
bahwa terdapat suatu hubungan kuat antara E(R) dan δ. Dimana setiap titik-titik
dan wilayah tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut :
1.
Posisi
Iadalah dimana E(R) berada di posis yang
paling tertinggi dan δ juga berada di posisi yang tertinggi dalam artian
semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya
δ. Atau dengan kata lain di sini kondisi maksimalitas expected returnbersifat searah (linier)
dengan risiko yang akan diterima. Contohnya pada saat suatu perusahaan
merencanakan untuk menambah kapasitas produksi maka kemungkinan untuk
meningkatkan penjualan pasti akan terjadi atau profit perusahaan akan mengalami
peningkatan, namun ini juga berakibat pada terjadinya pada peningkatan pada
proses produksi untuk mampu meningkatkan jumlah produksi per unitnya yaitu jika
sebelumnya perusahaan bisa memproduksi 4.000 unit maka sekarang harus
ditingkatkan menjadi 4.700 unit. Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak
pada risiko operasional perusahaan seperti :
a. Mesin
produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepatan karena dipakai dalam
waktu lebih lama den bersifat mengejar target produksi.
b. Kebutuhan
bahan baku yang diperlukan akan mengalami peningkatan yang tinggi dan tidak boleh terhenti karena akan
mempengaruhi pada kelancaran produksi secara tepat waktu.
c. Ketersediaan
barang hasil produksi harus selalu tersedia di gudang karena menyangkut dengan
kelancaran order pesanan dari para distributor atau para pembeli, karena jika
hal ini mengalami kemacetan maka kepuasan konsumen akan terganggu.
2.
Posisi
IIadalah dimana E(R) berada pada posisi
rendah dan δ berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan δ
bersifat tidak searah (non linier).
Posisi ini mengharuskan suatu perusahaan melakukan antisipasi dan menerapkan
strategi yang maksimal guna menghindari semakin terjadinya pergerakan kenaikan
risiko secara lebih tinggi, karena semakin tingginya risiko yang terjadi akan
menyebabkan beberapa hal pada perusahaan seperti:
a.
Peningkatan kerugian
perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh dana cadangan akan banyak
terkuras.
b.
Jika risiko kerugian
ini dibiarkan secara terus menerus maka akan menyebabkan perusahaan berada
dalam kondisi financial distress(kesulitan
keuangan).
c.
Kredibilitas dan
reputasi perusahaan akan semakin menurun karena berbagai pihak mulai dari
rekanan bisnis (business partner)
hingga para konsumen terutama konsumen aktual akan semakin kecewa.
d.Lebih
jauh mampu menimbulkan risiko kebangkrutan (bankrupt).
3. Posisi IIIadalah
dimana E(R) berada pada posisi rendah danδ bersifat searah (linier).
4. Posisi IV adalah
dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan δ berada pada posisi rendah atau
dengan kata lain E(R) dan δ bersifat tidak searah (non linier). Pada kondisi ini ada beberapa kondisi dan situasi yang
perlu dicermati yaitu :
a.
Risiko sangat sulit
diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan posisi perusahaan berada pada
titik/posisi II.
b.
Kondisi dan situasi ini
terjadi pada saat kontrol risiko (risk control) menjadi lemah karena
perusahaan selama ini telah terbuai oleh profit (return yang terus-menerus mengalami kenaikan).
c.
Semangat kerja under pressure (di bawah tekanan) yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi
II, dan ini dapat berdampak pada penurunan kedisiplinan kerja serta target
pekerjaan yang harus dikerjakan.
5. Posisi M adalah
posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E(R) dan
δ. Jika pihak manajemen dan para komisaris perusahaan (para pemegang saham)
menginginkan kondisi yang stabil dalam artian safety positionmaka sebaiknya memilih posisi/titik M saja.
2.4 Biaya
untuk Risiko Operasional
Untuk
mengatasi risiko operasional suatu perusahaan harus membuat analisa yang
mencakup:
a.
Menghitung dan
memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi.
b.
Memperhitungkan berapa
biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan risiko.
c.
Memutuskan pembentukan
mekanisme seperti apa yang layak diterapkan untuk mengelola risiko.
d.
Memutuskan darimana
sumber dana yang dapat dialokasikan untuk mrendukung penyelesaian operational
risk ini.
2.5 Risiko
Opersional (Operational Risk) dan
Modal Kerja (Working Capital)
Pemahaman
risiko operasional telah kita bahas di atas secara dalam maka baiknya kita juga
mengetahui pengertian dari modal kerja (working
capital). Modal kerja merupakan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membiayai aktivitas operasional setiap harinya, seperti membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai, membayar gaji pegawai, upah buruh, membayar listrik,
membayar tagihan telepon, biaya kebersihan, dan berbagai pengeluaran lainnya.
Dimana setiap pengeluaran yang dilakukan tersebut dicatat dan dibukukan secara
terperinci.
Adapun
tujuan pembuatan pembukuan tersebut adalah:
a. Dapat
dijadikan sebagai laporan pertanggungjawaban kepada pimpinan perusahaan.
b. Dapat
dijadikan sebagai alat prediksi dalam memperkirakan berbagai kebutuhan
perusahaan terutama untuk jangka panjang.
c. Sebagai
pedoman bagai berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat kondisi
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Seperti para mahasiswa yang sedang melakukan
KP (kerja praktek) dan para peneliti lainnya.
d. Sebagai
salah satu bahan rekomendasi dalam pengambilan keputusan bagi seorang investor.
2.6 Kasus
PT.
Angkutan Sukses adalah sebuah perusahaan angkutan bus yang beroperasi untuk
wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Menginginkan
perusahaan yang dimilikinya semakin sukses, maka salah satu permasalahnya ia
mengharapkan kepada para manajer yang di lapangan beserta dengan para karyawan
lainnya untuk menjaga pelayanan (service)
dan sebagainya agar para penumpang
merasa bahagia dan selamat sampai di tujuan. Sebagai mana bunyi motto
perusahaan yaitu, “Memberikan Pelayanan Prima dengan Kepuasan yang Prima”.
Perusahaan
PT. Angkutan Sukses selama ini dianggap oleh masyarakat pengguna jasa angkutan sebagai salah satu perusahaan yang
memiliki citra baik dan dapat dipercaya. Sementara harga tiket adalah sesuai
dengan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selama
ini perusahaan angkutan PT. Angkutan Sukses mendapat berbagai informasi yang terjadi, dan mereka berusaha untuk
mencarikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Adapun bentuk
permasalahan tersebut adalah:
1. Di
lapangan sering sekali para supir dan kondektur bus menaikkan penumpang yang
ada di jalan dengan tidak membayar tiket, dan uang penumpang tersebut sering
masuk ke kantong supir dan kondektur bus. Karena para supir beralasan bahwa
pendapatan mereka kecil dan perbuatan itu mereka anggap sebagai bentuk
pendapatan tambahan supir.
2. Permasalahan
lain yang dihadapi oleh manajemen PT. Angkutan Sukses adalah petugas tiket
kadang kala bekerjasama dengan supir untuk memasukkan keluarga, kerabat
dekatnya, serta temannya agar dapat ikut dengan tidak membayar atau hanya
membayar setengahnya. Padahal perusahaan PT. Angkutan Sukses tidak membenarkan
ketentuan itu, bagi perusahaan siapa saja yang ingin naik semuanya harus
membayar sama dengan para penumpang lainnya. Sehingga jumlah laporan kursi yang
terpakai dan pemasukan finansial dari hasil penjualan tiket tidak sesuai dengan
yang dilaporkan.
3. Kondisi
naiknya penumpang yang melebihi kapasitas juga sering terjadi, yaitu dimana
para penumpang yang dinaikkan di tengah jalan atau naik dengan tidak membeli
tiket namun membayar hanya kepada supir saja, telah menyebabkan terjadinya
kondisi kelebihan muatan. Kondisi kelebihan muatan bisa berdampak pada tingkat
kecelakaan yang tinggi yang munggkin saja bisa terjadi.
4. Permasalahan
lain yang juga ikut memperumit keadaan adalah timbulnya pungil liar dilapangan,
baik oleh petugas yang tidak bermoral, calo tiket, dan preman yang ada di
terminal bus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Risiko
operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal
perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem control
manajemen (management control system) yang dilakukan oleh pihak internal
perusahaan. Bentuk-bentuk Risiko Operasional yaitu : Risiko pada komputer,
kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan dalam pembukuan
secara manual, kesalahan pembelian barang dan tidak ada kesepakatan bahwa
barang yang dibeli dapat ditukar kembali, pegawai outsourcing, dan globalisasi
konsep danproduk. Pengukuran Risiko Operasional dengan mengggunakan dua
klasifikasi berikut ini : Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko, dan
Tingkat keseriusan kerugian atau impactdari
risiko tersebut.
Untuk
mengatasi risiko operasional suatu perusahaan harus membuat analisa yang
mencakup, yaitu : Menghitung dan
memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi, Memperhitungkan berapa
biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan risiko, Memutuskan
pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan untuk mengelola risiko,
dan Memutuskan darimana sumber dana yang dapat dialokasikan untuk mrendukung
penyelesaian operational risk ini.
Modal
kerja merupakan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas
operasional setiap harinya, seperti membeli bahan baku, membayar gaji pegawai,
membayar gaji pegawai, upah buruh, membayar listrik, membayar tagihan telepon,
biaya kebersihan, dan berbagai pengeluaran lainnya.
EmoticonEmoticon