PERMINTAAN AKAN UANG, PERKEMBANGAN TEORI KEYNES SETELAH KEYNES

6:56 AM

                                                               MAKALAH
PERMINTAAN AKAN UANG. PERKEMBANGAN TEORI KEYNES SETELAH KEYNES

 
DIBUAT OLEH:

KELOMPOK 3
 MUHAMMAD NAWIR
SUPRIADI
DARMAWATI
ARIAWAN GISDA
M. ARWANSYAH

2014-2015




KATA PENGANTAR

                        Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan kasih karuniaNya yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada kami penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah yang berisi materi “ PERMINTAAN AKAN UANG  TEORI KEYNES SETELAH KEYNES ini diperbuat dengan tujuan memenuhi pengerjaan tugas makalah mata kuliah Ekonomi moneter.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh dari sempurna. Namun demikian, kami telah berusaha dan bekerja keras demi terselesainya makalah ini, dan supaya makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi para pembaca. Saya juga menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada dorongan dan dukungan serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak, terutama kepada Ibu dosen SARNAWIAH, SE,M.Si. Terimakasih setulus-tulusnya kami sampaikan kepada kedua Orangtua kami, yang dengan penuh kasih sayang telah membimbing kami dan memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada kami. Dan kami juga menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari saudara-saudara pembaca.
Demikian makalah ini dapat kami perbuat. Lebih dan kurangnya kami mohon maaf. Atas perhatian dari saudara-saudara, kami ucapkan terimakasih.

Maros,     oktober 2014

Penulis 


kelompok 3






 I. PENDAHULUAN
      Setelah Keynes, terutama setelah Perang Dunia II, teori moneter berkembang lebih lanjut lagi, pada garis besarnya perkembangan tersebut mengikuti dua jalur utama yaitu pendekatan keynes dan pendekatan teori kuantitas. Dimana mengenai perkembangan ini bahwa teori moneter dari kedua pendekatan tersebut pada perkembangan-perkembangan yang terahir menunjukkan titik-titik pertemuan. Ini berarti bukan mencapai suatu unifikasi atau penyatuan teori moneter dua pendekatan tersebut. Tetapi titik-titik persamaanya makin menonjol di banding pada waktu keynes mengemukakan teorinya untuk pertama kalinya. Perkembangan teori uang Keynes mengikuti sistem pembagian permintaan akan uang, menurut keynes yaitu permintaan untuk tujuan transaksi dan permintaan untuk spekulasi.




 II. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah perkembangan teori keynes setelah keynes




 III. PEMBAHASAN

A. Perkembangan Teori Pasca Keynes dalam Permintaan Uang

       Teori permintaan uang Keynes mendasarkan pada adanya dua motif memegang uang kas, yakni motif transaksi dan spekulasi. Motif transaksi tergantung dari pendapatan. Sedang motif spekulasi tergantung dari tingkat bunga. Perkembangan selanjutnya dari teori Keynes ini didasarkan atas dua pembagian tersebut, yang masing-masing dilakukan oleh William

 J. Baumol dan James Tobin. Dalam menganalisa permintaan uang, keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda, antara lain:

     1. Permintaan Uang Untuk Tujuan Transaksi Teori ini diperkembangkan oleh Baumol (1952) dan juga Tobin (1956) yang masing-masing menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi.

1) Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaaan barang yang biasa dipakai dalam dunia perusahaan. Baumol menganalisa tingkah laku individu, dan menganggap bahwa pendapatan mereka diterima sekali (misalnya tiap bulan). Namun, individu tersebut harus membelanjakannnya sepanjang waktu (satu bulan). Hal ini mengingatkan bahwa kekayaan individu tersebut selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya ongkos atau biaya unruk memerlukan surat berharga tersebut dengan uang kas.

 2) Elastisitas permintaan uang kas untuk tujuan transaksi terhadap tingkat bunga. Baumol telah menunjukkan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi itu tergantung juga terhadap tingkat bunga. Menurut James Tobin, ketidakbersamaan antara pengeluaran dengan penerimaan penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat pembayar guna membiayai transaksinya. Namun tidak berarti bahwa alat pembayar ini harus berupa uang kas. Dapat sebagian berupa surat berharga yang memberikan bunga.


     Hal ini tergantung besarnya surat berharga tersebut. Apabila tingkat bunga tinggi (dibanding dengan biaya transaksi) maka individu akan mengurangi pembayaran berupa uang kas dan akan mengurangi surat-surat berharga. Sebaliknya apabila surat berharga rendah (dibandingkan dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan memperbanyak uang kas untuk transaksi dan tingkat bunga.

 2. Permintaan Uang Untuk Tujuan Spekulasi

  Selain dikembangkan oleh Keynes, teori ini juga dikembangkan oleh James Tobin dalam tulisannya yang berjudul “ Liquidity Preference as Behavior Towards Risk “. Review of Economic Studies, February 1958. Pokok-pokok teorinya adalah sebagai berikut: kekayaan seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk uang kas dan obligasi (pembagian ini sejalan dengan Keynes). Uang kas tidak menghasilkan apa-apa. Sedangkan obligasi dapat menghasilkan pendapatan yang berupa bunga serta perubahan harga obligasi sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat bunga.

   Dipandang dari seorang pemilik kekayaan (bukan pengusaha) teori tentang permintaan uang dapat disamakan dengan teori permintaan akan barang konsumsi. Sehingga permintaan terhadap uang kas tergantung pada tiga faktor utama, yaitu:

 Ã˜ Jumlah total kekayaan
Ø Harga dan pendapatan
Ø Selera dan kesukaan dari pemilik kekayaan

   Friedman membagi bentuk kekayaan dalam lima kategori, yakni
 · Uang kas
· Obligasi
· Saham
· Kekayaan yang berbentuk fisik seperti tanah, mesin.
· Kekayaan yang berbentuk manusia seperti kecakapan.

   Faktor-Faktor Lain (Selain Pendapatan, Harga/ Tingkat Bunga, Dan Selera) Yang Mempengaruhi Permintaan Uang antara lain:

 Ã˜ Kekayaan dari Masyarakat
 Ã˜ Tersedianya Fasilitas Kredit
Ø Kepastian tentang Pendapatan yang Diharapkan
Ø Harapan tentang Harga
Ø Tersedianya Beberapa Alternative Bentuk Kekayaan
Ø Sistem/ Cara Pembayaran yang Berlaku

  B. Jumlah Uang yang Beredar

\       Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredar dapat dilihat secara sempit dan luas. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit ini disebut dengan M.

   Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2 dan M3 adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjaman semalam antar bank (bank overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah M2 ditambah komponen-komponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar dalam artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money).

    Terdapat dua pendekatan utama dalam menghitung jumlah uang beredar, yaitu :
  pendekatan transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity approach).

 1. Pendekatan Transaksional (Transactional Approach). Pendekatan ini memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1. Di Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal dan uang giral, dengan komponen sebagai berikut :

 · Uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang kas pada kantor perbendaharaan dan kas negara (KPKN) dan bank umum.
· Uang Giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan tabungan dalam rupiah yangsudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.


2. Pendekatan Likuiditas (liquidity approach).
   Sesuai pendekatan ini, jumlah uang beredar didefinisikan sebagai jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi (quasy money). Hal ini dilandari pertimbangan bahwa sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang likuid dibanding uang kertas, uang logam dan uang rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk keperluan transaksi. Dalam prakteknya, pendekatan ini menghitung jumlah uang bererdar dalam arti luas (broad money) yang dikenal dengan M2 yang terdiri dari M1 ditambah uang kuasi (di Indonesia uang kuasi adalah deposito berjangka). Perkembangan M2 adalah jauh lebih cepat dari pertambahan M1 karena pertambahan tingkat kemajuan perekonomian. Meningkatnya M2 secara langsung maupun tidak langsung mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat menjadi meningkat. Sebab peningkatan deposito berjangka mengandung pengertian bahwa tingkat penghasilan masyarakat sudah lebih besar dari tingkat konsumsi. Keputusan seseorang menyimpan dananya di bank dalam bentuk deposito merupakan keputusan investasi yang didorong oleh tingkat bunga yang diberikan.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar :
 1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
2. Keadaan APBN (surplus atau defisit);
3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.





 IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP
   Teori permintaan uang Keynes mendasarkan pada adanya dua motif memegang uang kas, yakni motif transaksi dan spekulasi. Motif transaksi tergantung dari pendapatan. Sedang motif spekulasi tergantung dari tingkat bunga. Perkembangan selanjutnya dari teori Keynes ini didasarkan atas dua pembagian tersebut, yang masing-masing dilakukan oleh William J. Baumol dan James Tobin.

  Dalam menganalisa permintaan uang, keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda, antara lain: permintaan uang untuk tujuan transaksi dan permintaanuang untuk tujuan spekulasi. Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredar dapat dilihat secara sempit dan luas. Terdapat dua pendekatan utama dalam menghitung jumlah uang beredar, yaitu : pendekatan transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity approach).

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar :

1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
 2. Keadaan APBN (surplus atau defisit);
 3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
 4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia

     Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan bagi semua. Amiiinn..


                                                            DAFTAR PUSTAKA


 Dr.boediono,2005 Ekonomi Moneter,yogyakarta,universitas gadjah mada Www.thawonk.blogspot.com


Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 comments

Write comments
Unknown
AUTHOR
April 12, 2015 at 1:28 AM delete

stimbedua.blogspot.com
kunjungi juga yah :D

Reply
avatar

like this yahh