RISIKO OPERASIONAL

7:17 AM
RISIKO OPERASIONAL

OLEH:
SELLA ALVIANA
RITA SALAM

STIM YAPIM MAROS
2016







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kondisi terjadinya risiko operasional (operasional risk) sangat dipengaruhi oleh bagus dan rendahnya kematangan manajemen yang dimiliki oleh manajer suatu perusahaan. Seorang manajer dalam mengambil setiap keputusan harus selalu memikirkan dampak yang akan timbul baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Seperti jika ingjin menaikkan jumlah produksi atau menambah karyawan baru. Jika jumlah produksi ditingkatkan apakah persediaan bahan baku di gudang dan di pasaran tersedia dalam jumlah yang mencukupi, serta apakah bahan baku yang dimiliki memeiliki kualitas yang sama untuk masa produksi secara jangka panjang.
Misalnya untuk menambah produksi saos cabe (chili souce) bagi seoreang manajer produksi harus memperhatikan dengan betul-betul jika pasaran cabe dipasaran selalu berada dalam kondisi normal price (harga normal) dan jika harga cabe menuju kepada kondisi harga tidak normal maka apa antisipasi yang harus dilakukan oleh seorang manajer produksi agar operasional produksi tidak terhenti dan order pembelian dapat terus dilakukan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Risiko Operasional ?
2.      Bagaimana bentuk-bentuk dari Risiko Operasional ?
3.      Bagaimana pengukuran dari Risiko Operasional ?
4.      Berapa biaya untuk Risiko Operasional ?
5.      Bagaimana Risiko Operasional dan Modal Kerja ?

1.3  Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Risiko Operasional.
2.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari Risiko Operasional.
3.      Untuk mengetahui pengukuran dari Risiko Operasional
4.      Untuk mengetahui biaya untuk Risiko Operasional.
5.      Untuk mengetahui Risiko Operasional dan Modal Kerja.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen (management control system) yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Contoh risiko operasional adalah risiko pada computer (computer risk) karena telah terserang virus, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan dalam pencatatan pembukuan secara manual (manual risk), kesalahan pembelian barang dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat ditukar kembali, dan sebagainya.
2.2 Bentuk-Bentuk Risiko Operasional
Ada beberapa factor yang mampu memberi pengaruh pada terbentuknya operational risk, yaitu :
a.       Risiko pada Komputer (Computer Risk)
Risiko pada bidang computer ini biasa terjadi karena berbagai faktor seperti faktor masuknya virus disebabkan oleh proteksi software yang tidak memadai. Dalam suatu perusahaan kebutuhan seorang IT (informan technology) yang memiliki kualitas dan kompetensi yang memadai bahkan jika diperlukan memiliki reputasi sangat diperlukan. Pada era sekarang ini setiap kemajuan teknologi perangkat lunak selalu diikuti dengan berbagai permasalahan yang timbul. Hacker adalah salah satu yang begitu tertarik untuk menggeluti bidang perangkat lunak sertamencoba menerobos setiap proteksi yang dibuat oleh suatu lembaga. Yang tidak terkecuali adalah lembaga perbankan seperti pada kasus pembobolan ATM dengan mempergunakan kartu ATM palsu, pembuatan website palsu suatu perbankan sehingga nasabah terkecoh dan banyak yang mentransfer uang ke website palsu tersebut.
Setiap perusahaan yang memiliki hubungan langsung (connect) dengan internet maka artinya berbagai informasi perusahaan tersebutdapat langsung diserap oleh berbagai pihak di luar perusahaan, yaitu terutama mereka yang memakai jaringan internet. Salah satu kasus yang pernah menghebohkan banyak pihak adalah “Y2K” yang akan terjadi pada saat perpindahan tahun 1999 ke 2000. Permasalahannya selama ini computer telah terbiasa dengan pencatatan 1900 hingga 1999 dan selanjutnya harus berubah awal dengan cara 2000 dan angka akhir adalah 00 bukan lagi digit 99. Penafsiran ini membuat banyak pihak yang kebingungan, sehingga respon ini memiliki muatan yang jauh termasuk perkiraan akan timbulnya perubahan pada accounting program dan sebagainya.
Oleh karena itu, ada beberapa risiko yang diperkirakan akan timbul dalam bidang komputer yaitu :
1)      Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor terserang oleh virus. Kondisi ini sering terjadi karena jaringan computer harus selalu memiliki anti virus yang terbaru. Maka sebaliknya perusahaan harus selalu memiliki tempat khusus yang aman untuk menyimpan dokumen penting. Untuk mengamankan beberapa dokumen penting, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu :
·         Melakukan pemisahan data-data yang dianggap penting dan kurang penting, seperti dengan memuat perangjat penting dan tidak pentingnya suata data. Kalau perlu menyimpan di dua tempat baik di kantor A dan kantor B dengan tujuan menghindari hal-hal ynag tidak terduga contoh, kebakaran, pencurian, dan lain sebagainya.
·         Membangun proteksi terhadap data dan berbagai informasi lainnya, seperti dengan membuat password khusus dan hanya orang-orang tertentu yang bias mengetahui.
2)      Komputer adalah teknologi yang selalu mengalami perubahan terutama pada setiap program yang ditawarkan, sehingga mengharuskan kualitas IT dari para personelnya juga dapat di update setiap waktunya dengan tujuan berbagai permasalahan yang akan timbul di kemudian hari dapat dihindari.
3)      Computer adalah masuk  dalam kategori IT yang memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat computer dan biaya tenaga ahlinya selalu saja membutuhkan biaya yang tinggi. Seperti biaya training, course, service computer, dan pembelian program berbagai computer. Dan bagi setiap perusahaan program yang harus dibeli adalah selalu harus yang bersifat original.
Menurut Husein Umar ada beberapa sebab-sebab utama kerusakan sistem komputer, serta pengidentifikasian akibat kerusakan komputer yang umum, yaitu :


Tabel : Sebab-sebab Utama Kerusakan Sistem Komputer
Uraian
Presentase
Kesalahan tegang listrik
9%
Kesalahan pemakai
11%
Akibat air dan api
20%
Kecurangan, pencurian
30%
Kerusakan hardware/software
30%
Sumber : Husein Umar (2001:148)   
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa kerusakan hardware/software serta kecurangan, pencurian adalah yang tertinggi yaitu sama-sama 30% (tiga puluh persen).
Tabel Pengidentifikasian Akibat Kerusakan Komputer yang Umum
Akibat
%
Kerugian bisbis dan konsumen
24
Kerugian kredibilitas atau goodwill
21
Masalah cash-flow
21
Berkurangnya kualitas pelayanan terhadap konsumen
18
Ketidakmampuan menggaji karyawan
12
Tumpukkan pekerjaan dan Kerugian produksi
11
Kerugian data
10
Kerugian financial
9
Kerugian manajemen rekening konsumen
8
Kerugian pengawasan keuangan
7
       Sumber : Husein Umar (2001:148)   
b.      Kerusakan Maintenance Pabrik
Bagi setiap perusahaan khususnya perusahaan yang memiliki mesin sangat mengandalkan pada kualitas peralatannya dalam menunjang produksi, maka biaya pada pemeliharaan, perawatan dan pergantianperalatan pabrik bersifat rutin. Peralatan atau maintenance pabrik jika dilihat dari segi harga dipasaran memiliki nilai yang berbeda-beda, ada yang rendah,sedang dan tinggi.Serta lebih jauh ada yang dapat diperoleh didalam negri ada yang harus diimpor.jika harus diimpor maka artinya perusahaan harus menyediakan mata uang asing untuk dapat memesan dan membeli peralatan tersebut.begitu pula dengan teknisi yang diperlukan untuk mengoperasionalkan mesin pabrik juga harus terlebih dahulu dilatih,disekolahkan agar mengerti dengan benar setiap permasalahan yang timbul dikemudian hari.
            Oleh karena itu,beberapa resiko yang harus ditanggung oleh suatu industri pada saat timbulnya kerusakan maintenance pabrik adalah
1.      Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat. Diusahakan penghentian aktivitas produksi tidak memakan waktu yang lama misalnya sampai berhari-hari sehingga lebih jauh bias megganggu setiap order yang sudah diterima;
2.      Biaya service (service cost) dengan mendatangkan tenaga ahli, jika perusahaan tidak memilikinya;
3.      Biaya pergantian dalam bentuk pembelian baru beberapa peralatan pabrik. Dan persoalan yang lebih jauh jika barang yang dipesan tersebut tidak tersedia dipasaran dengan cepat, sehingga mengharuskan perusahaan untuk memesan terlebih dahulu dan ini akan memakan waktu yang lama.
c.       Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja terjadi pada saat suatu perusahaan tidak menerapkan dan memberlakukan suatu konsep keselamatan dan jaminan bekerja sesuai barang dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Kadang kala beberapa perusahaan tidak mengindahkan serta menerapkan konsep keselamatan dan jaminan kerja sesuai dengan ketentuan, dengan tujuan menghindari pengeluaran biaya (cost). Penghindaran biaya tersebut mencakup beberapa hal seperti :
1.      Biaya asuransi kepada setiap karyawan yang harus dibayar setiap bulannya.
2.      Biaya tanggungan pada saat karyawan mengalami kecelakaan dan pihak asuransi belum menyerahkan atau belum keluarnya ajuan klaim asuransi yang diajukan. Sehingga menunggu proses keluarnya klaim asuransi menyebabkan pihak perusahaan harus menanggung sementara waktu.
3.      Jika aturan tentang jaminan dan konsep keselamatan kerja dicantumkan pada setiap kontrak kerja dengan para karyawan maka jika perusahaan tidak mematuhi kesepakatan tersebut maka memungkinkan untuk dituntut atau diajukan ke pengadilan di kemudian hari karna faktor pelanggaran kontrak dan harus membayar ganti rugi dengan jumblah yang sesuai dengan permintaan pihak penggugat.
Atas dasar analisis diatas maka kita daoat menyimpulkan bebrapa resiko dalam bidang kecelakaan yang akan dialami oleh suatu perusahaan yaitu berikut.
1.      Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang telah diterapkan selama ini karna dianggap tidak efektif,sehingga untuk menyempurnakan konsep sistem manajemen kerja yang baik sebuah perusahaan kangkala harus mengundang konsultan dalam bidang yang bersangkutan sehungga pengalokasian anggaran untuk membayar konsultan tersebut harus dipertimbangkan termasuk masa uji coba sistem tersebut.
2.      Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan sering mendapat sorotan dari pihak jurnalistik (pers) maka ini bias berakibat pada turunnya reputasi perusahaan dimata konsumen dan mitra bisnis.
3.      Jika perusahaan tidak menerapkan konsep keselamatan kerja dengan baik maka pada saat mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala.Permasalahan timbul adalah jika suatu saat kecelakaan kerja dan berbagai permasalahan lain timbul seperti gugatan dari pihak karyawan sehingga diperkirakan ini bisa memberikan efek baik bagi perbankan karna melakukan keputusan menyalurkan pinjaman (kredit)ke perusahaan yang dianggap tidak layak.
4.      Angka kecelakaan keja setiap tahun selalu diumumkan baik oleh pemerintah maupun oleh media cetak.Informasi tersebur menyebar ke seluruh dunia sehingga citra perusahaan khususnya oemerintah yang bersangkutan dimata intrnasional akan mengalami penurunan reputasi,bahkan lebih jauh ini bisa diangkat sebagai salah satu kampanye politik dari pihak oposisi untuk menyudutkan pemerintah yang bersangkutan.
d.      Kesalahan dalam Pembukaan Secara Manual (Manual Risk)
Resiko dalam bidang pembukaan secara manual sebenarnya terjadi karna bebrapa sebab seperti :
1.      Pembukaan secara manual ditulis atau dicatat umumnya di kertas,sehingga pada saat suatu kantor mengalami kebanjiran,kebakaran,kesalahan dalam tidak bisa atau sulit untuk mencari penggantinya.
2.      Jika kesalahan dalam pencatat secara pembukuan terjadi maka penyelesaian dan pencarian sumber masalahnya juga harus dilakukan secara manual. Seperti kesalahan dalam pembuatan pada income statement maka pelacakannya proses dimana sumbernnya  harus dicari pada buku atau catatan dan juga penulusurannya harus dilakukan hingga ke buku jurnal serta pada setiap kuitansi dan berbagai bukti tertulis lainya.sehingga jika kejadian ini sering terjadi maka waktu yang dibutuhkan terlalu lama.memang salah satu keuntungannya bukti fisik langsung ditemukan. Namun jika ini dilakukan dengan komputer, maka dengan hanya melihat nomor seri dari setiap bon,faktur dan sebagainya dengan cepat akan selesai.jika dilakukan secara computer maka pihak perusahaan bisa membuat sebuah website atau email pribadi kantor yang bersifat rahasia dan menyimpan data-data rahasia dengan password rahasia juga,sehingga jika seorang pimpinan sedang brada diluar kota atau luar negri maka dengan data  yang tersimpan via internet tersebut memugkinkan pekerjaan dapat terus berlangsung dan berbagai data dapat dengan mudah diperoleh.
3.      Proses penyusunan pembukuan akan berlangsung dengan waktu yang lama sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan efektif.efisien dilihat dari segi biaya dan efektif dilihat dari segi waktu.
4.      Setiap pengiriman informasi harus dilakukan melalui kantor pos atau jasa pengiriman surat.sementara dengan penggunaan teknologi sudah dapat dilakukan dengan cara email atau via internet.

e.       Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak Ada Kesepakatan Bahwa Barang yang Dibeli Dapat Ditukar Kembali
Resiko seperti ini timbul pada saat kesepakatan dalam setiap pembelian barang tidak diikuti dengan perjanjian bahwa barang tersebut bisa di tukar kembali dan berbagai kesepakatan lainnya. Sehingga pada saat kesepakatan tersebut tidak dibuat maka perusahaan harus mengalami atau menanggung beberapa resiko kerugian,yaitu sebagai berikut :
1.      Adanya barang yang sudah dibeli dengan harapan dapat terjual namun tidak laku terjual dan tidak ada perjanjian barang tersebut bisa ditukar sehingga perusahaan mengalami kerugian.
2.      Pada saat barang sudah dijual namun ternyata ada sisa dan itu tidak bisa ditukar dengan yang baru,maka ini memaksakan perusahaan untuk menjualnya dengan harga yang murah dengan asumsi daripada barang tersebut tidak dijual dipasaran atau mengalami kadaluarsa.
3.      Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya.karena kontrak dagang dengan para mitra bisnis bersifat tunai dan tidak ada konsep service purna jual. 
f.       Pegawai Outsourcing
Penerimaan dan penempatan pegawai secara konsep outsourcing memberi pengaruh besar bagi perusahaan baik secara jangka pendek dan jangka panjang. Pegawai outsourcing biasanya pegawai yang disediakan oleh suatu lembaga penyedia pegawai dan kemudiaan suatu perusahaan menghubungi perusahaan tersebut untuk dipekerjakan sebagai kontrak pada perusahaan, atau suatu perusahaan sebagai pegawai dengan perjanjian secara outsourcing. Pada saat ini banyak perusahaan yang menerapkan sistem outsourcing dengan berbagai alasan yaitu sebagai berikut :
1.      Biaya yang dikeluarkan lebih murah karena perusahaan tinggal menghubungi lembaga penyalur kerja. Jika selama ini perusahaan melakukannya sendiri seperti membuat tim penerimaan dan seleksi (recruitmen and selection) karyawan dan juga membuat pelatihan (training) maka dengan adanya jasa penyalur tenaga kerja memungkinkan cost yang dikeluarkan untuk itu menjadi lebih sedikit.
2.      Pegawai yang berasal dari outsourcing dianggp lebih memiliki kesiapan karena sudah dipersiapkan.
3.      Perusahaan hanya memiliki dan bertanggung jawab kepada lembaga penyalur tenaga kerja dan itu dilakukan sesuai dengan kontrak kerja sama yang disepakati.
4.      Tidak ada biaya fixed costyang harus ditanggung dan dipersiapkan, seperti pada saat pegawai tersebut akan pensiun maka harrus menyiapkan uang pesangon atau dana pensiun.
5.      Perusahaan bisa dengan mudah menggnti karyawan tersebut setelah habis masa kontrak karena perjanjian dilakukan sesuai dengan isi kontrak kerja.
Pada saat suatu perusahaan menerima pegawai yang bersifat outsourcing maka ada beberapa risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan, yaitu :
1.      Pegawai tersebut bukan pegawai tetap, dalam artian pegawai pegawai tersebut tidak bekerja mhingga pensiun. Sehingga ia akan bekerja sebatas masa kontrak kerja saja. Dengan begitu rasa tanggung jawab psikologis untuk menjaga perusahaan tidak begitu ia fikirkan karena pegawai tersebut lebih bertanggung jawab kepada perusahaan penyalur.
2.      Rahasia perusahaan selama ia bekerja memungkinkan sekali untuk diketahui oleh publik luar ketika ia tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut. Sementara rahasia perusahaan menyangkut dengan wibawa dan nama baik perusahaan.
g.      Globalisasi dalam Konsep dan Produk
      Era globalisasi telah memberi perubahaan besar bagi konsep konsep bisnis pada seluruh sektor bisnis, baik finansial dan non finansial, sehingga penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan globalisasi tersebut, jika tidak maka artinya produk tersebut tidak akan laku di perusahaan secara baik. Mayarakat pada era sekarang ini adalah sebuah bentuk dari struktur masyarakat global yang menggunakan produk global dan menerapkan cara berfikir global.
      Karena faktor itu perusahaan dituntut untuk menerapkan manajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak langsung mekanisme operasional perusahaan juga harus bersifat global. Untuk mewujudkan ini perlu perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan bagi para karyawan agar mengetahui konsep dan cara berfikir secara global yang nantinya akan tertuang dalam bentuk hasil produk.
Untuk menerapkan konsep global tersebut perusahaan harus dengan cepat melakukan adaptasi dalam menyesuaikan setiap perubahaan sekarang ini dengan kondisi realita di perusahaan. Seperti penggunaan teknologi modern yang memiliki spesifikasi tinggi sehingga cepat terkoneksi dengan berbagi permasalahan, baik pengaduan masalah yang datang dari internal perusahaan maupun yang berasal  yang dari pihak eksternal. Sehingga tidak terjadi penumpukan dalam penanganan masalah, namun masalah akan lebih cepat terselesaikan.
Oleh karena itu, solusi penerapan yang harus diterpkan adalah, “Berfikir, merencanakan, dan merealisasikan semua aktivitas usaha dengan menerapkan standar-standar internasional terutama aktivitas yang terkait dengan aspek permodalan, regulasi, transparansi atau komunikasi, teknologi serta kompetensi manajemen dan karryawan. Sehingga dengan penerapan seperti itu diharapkan antisipasi perusahaan terhadap risiko operasional dari segi global akan dapat dihindari atau minimal diperkecil.

2.3  Pengukuran Risiko Operasional
Menurut Mamduh salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan mengggunakan dua klasifikasi berikut ini.
1.        Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko.
2.        Tingkat keseriusan kerugian atau impactdari risiko tersebut.
Penggukuran risiko operasional dapat kita lakukan dengan menempatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinan untuk memperoleh returnyang diharapkan ( actual return ), dengan asumsi risiko dan return(pengembalian) bersifat linear. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :









  



Gambar : Hubungan Expected Return dan Standar Deviasi dalam Prespektif
      Risiko Opersional.
Keterangan :
E(R)    = Expected return atau keuntungan yang diharapkan
δ          = Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku di sini sering
   diartikan dengan tingkat risiko yang semakin besar simpangan bakunya
   maka semakin besar tingkat risiko yang akan terjadi.
Pada gambar di atas dapat kita pahami bahwa terdapat suatu hubungan kuat antara E(R) dan δ. Dimana setiap titik-titik dan wilayah tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut :
1.      Posisi Iadalah dimana E(R) berada di posis yang paling tertinggi dan δ juga berada di posisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya δ. Atau dengan kata lain di sini kondisi maksimalitas expected returnbersifat searah (linier) dengan risiko yang akan diterima. Contohnya pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas produksi maka kemungkinan untuk meningkatkan penjualan pasti akan terjadi atau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat pada terjadinya pada peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningkatkan jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnya perusahaan bisa memproduksi 4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700 unit. Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada risiko operasional perusahaan seperti :
a.       Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepatan karena dipakai dalam waktu lebih lama den bersifat mengejar target produksi.
b.      Kebutuhan bahan baku yang diperlukan akan mengalami peningkatan yang tinggi  dan tidak boleh terhenti karena akan mempengaruhi pada kelancaran produksi secara tepat waktu.
c.       Ketersediaan barang hasil produksi harus selalu tersedia di gudang karena menyangkut dengan kelancaran order pesanan dari para distributor atau para pembeli, karena jika hal ini mengalami kemacetan maka kepuasan konsumen akan terganggu.
2.      Posisi IIadalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan δ berada pada posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan δ bersifat tidak searah (non linier). Posisi ini mengharuskan suatu perusahaan melakukan antisipasi dan menerapkan strategi yang maksimal guna menghindari semakin terjadinya pergerakan kenaikan risiko secara lebih tinggi, karena semakin tingginya risiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada perusahaan seperti:
a. Peningkatan kerugian perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh dana cadangan akan banyak terkuras.
b. Jika risiko kerugian ini dibiarkan secara terus menerus maka akan menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress(kesulitan keuangan).
c. Kredibilitas dan reputasi perusahaan akan semakin menurun karena berbagai pihak mulai dari rekanan bisnis (business partner) hingga para konsumen terutama konsumen aktual akan semakin kecewa.
d.Lebih jauh mampu menimbulkan risiko kebangkrutan (bankrupt).
3.      Posisi IIIadalah dimana E(R) berada pada posisi rendah danδ bersifat searah (linier).
4.      Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan δ berada pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan δ bersifat tidak searah (non linier). Pada kondisi ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu dicermati yaitu :
a. Risiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan posisi perusahaan berada pada titik/posisi II.
b. Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat kontrol risiko  (risk control) menjadi lemah karena perusahaan selama ini telah terbuai oleh profit (return yang terus-menerus mengalami kenaikan).
c. Semangat kerja under pressure (di bawah tekanan) yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II, dan ini dapat berdampak pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harus dikerjakan.
5.      Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik yang paling optimal untuk kondisi E(R) dan δ. Jika pihak manajemen dan para komisaris perusahaan (para pemegang saham) menginginkan kondisi yang stabil dalam artian safety positionmaka sebaiknya memilih posisi/titik M saja.

2.4  Biaya untuk Risiko Operasional
Untuk mengatasi risiko operasional suatu perusahaan harus membuat analisa yang mencakup:
a.       Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi.
b.      Memperhitungkan berapa biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan risiko.
c.       Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan untuk mengelola risiko.
d.      Memutuskan darimana sumber dana yang dapat dialokasikan untuk mrendukung penyelesaian operational risk ini.

2.5  Risiko Opersional (Operational Risk) dan Modal Kerja (Working Capital)
Pemahaman risiko operasional telah kita bahas di atas secara dalam maka baiknya kita juga mengetahui pengertian dari modal kerja (working capital). Modal kerja merupakan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasional setiap harinya, seperti membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar gaji pegawai, upah buruh, membayar listrik, membayar tagihan telepon, biaya kebersihan, dan berbagai pengeluaran lainnya. Dimana setiap pengeluaran yang dilakukan tersebut dicatat dan dibukukan secara terperinci.
Adapun tujuan pembuatan pembukuan tersebut adalah:
a.       Dapat dijadikan sebagai laporan pertanggungjawaban kepada pimpinan perusahaan.
b.      Dapat dijadikan sebagai alat prediksi dalam memperkirakan berbagai kebutuhan perusahaan terutama untuk jangka panjang.
c.       Sebagai pedoman bagai berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat kondisi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Seperti para mahasiswa yang sedang melakukan KP (kerja praktek) dan para peneliti lainnya.
d.      Sebagai salah satu bahan rekomendasi dalam pengambilan keputusan bagi seorang investor.
2.6  Kasus
PT. Angkutan Sukses adalah sebuah perusahaan angkutan bus yang beroperasi untuk wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Menginginkan perusahaan yang dimilikinya semakin sukses, maka salah satu permasalahnya ia mengharapkan kepada para manajer yang di lapangan beserta dengan para karyawan lainnya untuk menjaga pelayanan (service) dan sebagainya agar para penumpang  merasa bahagia dan selamat sampai di tujuan. Sebagai mana bunyi motto perusahaan yaitu, “Memberikan Pelayanan Prima dengan Kepuasan yang Prima”.
Perusahaan PT. Angkutan Sukses selama ini dianggap oleh masyarakat pengguna jasa  angkutan sebagai salah satu perusahaan yang memiliki citra baik dan dapat dipercaya. Sementara harga tiket adalah sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selama ini perusahaan angkutan PT. Angkutan Sukses mendapat berbagai informasi  yang terjadi, dan mereka berusaha untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Adapun bentuk permasalahan tersebut adalah:
1.      Di lapangan sering sekali para supir dan kondektur bus menaikkan penumpang yang ada di jalan dengan tidak membayar tiket, dan uang penumpang tersebut sering masuk ke kantong supir dan kondektur bus. Karena para supir beralasan bahwa pendapatan mereka kecil dan perbuatan itu mereka anggap sebagai bentuk pendapatan tambahan supir.
2.      Permasalahan lain yang dihadapi oleh manajemen PT. Angkutan Sukses adalah petugas tiket kadang kala bekerjasama dengan supir untuk memasukkan keluarga, kerabat dekatnya, serta temannya agar dapat ikut dengan tidak membayar atau hanya membayar setengahnya. Padahal perusahaan PT. Angkutan Sukses tidak membenarkan ketentuan itu, bagi perusahaan siapa saja yang ingin naik semuanya harus membayar sama dengan para penumpang lainnya. Sehingga jumlah laporan kursi yang terpakai dan pemasukan finansial dari hasil penjualan tiket tidak sesuai dengan yang dilaporkan.
3.      Kondisi naiknya penumpang yang melebihi kapasitas juga sering terjadi, yaitu dimana para penumpang yang dinaikkan di tengah jalan atau naik dengan tidak membeli tiket namun membayar hanya kepada supir saja, telah menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan muatan. Kondisi kelebihan muatan bisa berdampak pada tingkat kecelakaan yang tinggi yang munggkin saja bisa terjadi.
4.      Permasalahan lain yang juga ikut memperumit keadaan adalah timbulnya pungil liar dilapangan, baik oleh petugas yang tidak bermoral, calo tiket, dan preman yang ada di terminal bus.














BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen (management control system) yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Bentuk-bentuk Risiko Operasional yaitu : Risiko pada komputer, kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan dalam pembukuan secara manual, kesalahan pembelian barang dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat ditukar kembali, pegawai outsourcing, dan globalisasi konsep danproduk. Pengukuran Risiko Operasional dengan mengggunakan dua klasifikasi berikut ini : Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko, dan Tingkat keseriusan kerugian atau impactdari risiko tersebut.
Untuk mengatasi risiko operasional suatu perusahaan harus membuat analisa yang mencakup, yaitu :  Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi, Memperhitungkan berapa biaya yang harus dialokasikan menyangkut pengelolaan risiko, Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan untuk mengelola risiko, dan Memutuskan darimana sumber dana yang dapat dialokasikan untuk mrendukung penyelesaian operational risk ini.
Modal kerja merupakan dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasional setiap harinya, seperti membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar gaji pegawai, upah buruh, membayar listrik, membayar tagihan telepon, biaya kebersihan, dan berbagai pengeluaran lainnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

like this yahh